Jumat, 08 November 2013

Cinta Pandangan Pertama



Semakin menghilang cahaya yang terang di ufuk barat. Melamun di jendela dengan suasana sunyi. Terbayang-bayang wajah sang bidadari yang baru ditemuinya pagi tadi. Saat ibu memanggilnya barulah ia tersadar bahwa ia melamunkan seorang wanita cantik yang ia sukai.
Pagi hari Dimas bangun kesiangan  dan tergesa-gesa mandi lalu ia berangkat ke sekolah. Saat berjalan dengan teman-temannya, ia melihat bidadarinya lewat didepannya. Pandangan pun langsung tertuju kepadanya. Sang bidadari sendirian duduk di bangku taman sekolah. Dimas melihatnya dan langsung ia temui wanita itu. “hy..?” undang Dimas dengan rasa malu-malu, “hy juga..” jawab wanita itu dengan melempar senyum manis kepada Dimas. Perasaan Dimas pun semakin tidak karuan. “boleh kenalan..?”tanya Dimas sambil mengulurkan tangannya.  “boleh.” “aku Dimas..” “namaku Clara”.
Perasaannya semakin gundah gulana. Ia sangat gerogi dan sulit untuk berbicara dengan Clara. “Dimas !” panggil Clara dengan suara lembut. Dimas semakin deg-degan. “Iya Clara ?” jawab Dimas dengan ragu. “Kamu kenapa ? kok aku lihat kamu ga relaks ?” tanya Clara. “Enggak apa-apa kok Clara.” Clara pun sedikit bingung sebenarnya apa yang terjadi dengan Dimas. Clara meminta izin kepada dimas untuk meninggalkannya “Dimas, aku duluan ya. Aku mau ke temen aku dulu.” Dimas pun langsung menjawab dengan tegas agar ia bisa berdua dengan Clara “emm.. oh ya Clara, kita bareng aja ya ke sananya. Aku juga mau ke temenku yang ada di sana. Kan sejalan, kita bareng aja ya ?” Clara tersenyum mendengarnya “ya udah Dimas, kita bareng aja yuk ?”. Dimas tersenyum lebar dan bersemangat mendengarnya “yuuk.”
Dengan semangat dan perasaan bahagia Dimas bertanya-tanya tentang Clara. Mereka hanyut dalam perbincangan itu sampai-sampai Dimas lupa akan tugas yang harus diserahkan kepada guru bahasa indonesianya yang sangat garang. “Aduh.” Kata yang terlontar dari mulut Dimas. Clara pun kaget mendengarnya “Ada apa Dimas ?”, “ga ada apa-apa kok Clara, Cuma tugasku lupa belum kuserahkan pada pak Krisna.” Sambil memegang tangan Clara, Dimas pun bergegas mengumpulkan tugasnya, “aku mau kumpulin tugas ini dulu ya?”. Clara mengangguk dan tersenyum seakan ia ingin tertawa.
Lari dengan kencang sambil mengayuhkan tangannya. Berkeringat seluruh tubuhnya saat sampai di depan pak Krisna. “ini tugas saya pak.” Pak Krisna hanya mengangguk dan acuh tak acuh kepada Dimas. Dimas dengan lesu tanpa semangat berjalan ke arah kelasnya. Di lorong menuju kelasnya Dimas bertemu kembali dengan Clara. Dimas langsung memasang wajah bahagia dan tersenyum kepada Clara.
Hari berganti hari, Dimas merasa ada rasa lain dengan dirinya kepada Clara. Ia ingin sekali mengungkapkan perasaannya kepada Clara. Tapi ia selalu takut karena Clara adalah wanita cantik yang dikagumi oleh teman-teman lelaki di sekolahnya. Saat bel istirahat berbunyi, Dimas segera menunggu Clara di bangku taman sekolah. Clara mendekat dan memanggil Dimas dengan suara lembut “hy Dimas?”. Perasaan sangat gugup dan ragu dengan apa yang ingin ia katakan.
Clara duduk disamping Dimas sambil membaca novel kesukaannya. Dimas memegang tangan Clara sambil berkata dengan terbata-bata. “Clara, emm.. sebenernyaa.. sebenernya itu.. aku..” “kamu kenapa Dim..?” Perasaan Clara menjadi deg-degan. Ia penasaran dengan apa yang akan dikatakan Dimas kepadanya. “Aku.. sebenernya.. cinta ama kamu Clara, kamu mau ga jadi pacar aku ?” Detak jantung Clara menjadi kencang dan tak bisa disembunyikan dengan raut wajahnya yang gerogi dan bingung. “emmm.. maaf Dimas.” “maaf kenapa Clara ?” Sebenarnya Clara juga sangat menyukai Dimas, tapi Clara tak langsung mengatakan perasaannya kepada Dimas. Ia menyembunyikan semua itu dari Dimas. “maaf Dimas, aku tak bisa mengatakannya sekarang.” Dimas sangat kecewa dengan keputusan Clara. Padahal ia ingin sekali mendengar jawaban pasti yang diberikan Clara kepadanya.
Dimas galau tak punya semangat hidup, sering kali tak mengerjakan PR  dan juga tugas-tugas yang lain. Saat mendengar hal itu dari teman-teman Dimas, Clara menyambari Dimas yang sedang duduk di bangku taman sekolah. “Dimas !” “iya Clara.?” Jawab Dimas dengan lirih. “maafkan aku Dimas.” “maaf kenapa Clara, kamu ga salah apa-apa.” “Dimas, selama ini aku tlah membohongi diriku sendiri. Sebenernya aku itu..” Clara mengatakan dengan penyesalan yang amat mendalam. “kamu kenapa ?” “sebenernya itu, aku juga punya perasaan yang sama kek kamu.” Ucap Clara. “maksudnya ?” tanya Dimas dengan heran. “Sebenernya aku juga mencintaimu.”
Wajah berseri-seri dengan senyuman lebar yang mewarnai dirinya, Dimas pun memeluk Clara dengan erat. “Terima kasih bidadariku, kau mau mencintai aku.” Ucap Dimas dengan raut muka bahagia. “sama-sama Dimas, kau juga mau mencintaiku apa adanya.”
Dimas sangat terharu dengan ucapan Clara. Mereka sangat bahagia dan tersenyum saat memandangi masing-masing. Banyak teman-temannya yang tidak suka melihat mereka berdua menjalin hubugan. Dengan berbagai cara, mereka ingin memisahkan Dimas dan Clara. Tetapi usaha yang mereka lakukan sia-sia karena mereka saling mencinta apa adanya.

0 komentar:

Posting Komentar